Sedikit Cerita dari Outbound SEP Mudika 13

Update 24 Juli 2015:
>Perubahan nama game outdoor “High Rope”

Hai pembaca, perkenalkan nama saya Enlik Tjioe, salah satu peserta SEP Mudika angkatan ke-13 Shekinah. Ini tulisan pertama saya di blog ini sekaligus blog post pertama dari blog SEP Mudika 13. Selamat membaca, dan semoga bermanfaat! 🙂

Tanggal 10-12 Juli 2015 yang lalu, saya bersama teman-teman SEP Mudika 13 dan kakak-kakak KELASI Shekinah, baru saja mengadakan kegiatan Outbound di Eagle Hills, Megamendung, Puncak. Selama 3 hari 2 malam, kami ditempa baik secara jasmani maupun rohani melalui rangkaian kegiatan yang dipersiapkan dengan baik oleh para tim panitia. Blog post kali ini berdasarkan sudut pandang pribadi saya, dan sekiranya bisa mewakili pengalaman kami semua yang mengikuti Outbound ini. Sumber foto dalam blog post ini berasal dari Facebook milik ka Mikael Iwan dan ka Kamelia Frederikus selaku tim dokumentasi acara ini, serta beberapa foto dari kamera Go Pro milik Stephen dan Christine.

Kami berkumpul di Shekinah Duta Merlin pada hari Jumat, 10 Juli 2015, pukul 04.30 pagi. Jam yang sangat tidak biasa karena benar-benar pagi sekali dan menjadi pengalaman saya berkumpul di waktu subuh ini. Beberapa pengorbanan dilakukan oleh teman-teman saya yang lokasi rumahnya jauh dari Duta Merlin, seperti menginap di rumah teman terdekat demi datang on time. *salut* Satu demi satu para peserta sudah mulai berkumpul, walau agak sedikit ngaret, kami akhirnya berangkat kurang lebih pukul 05.45, dimana langit masih gelap dan matahari belum terbit. Dengan hati yang penuh semangat, kami berangkat ke lokasi Outbound.

Puji Tuhan perjalanan kami dilancarkan, kami bisa sampai cukup on time sesuai penjadwalan panitia. Sesampainya di lokasi yang ditentukan, ternyata kami masih harus berjalan kaki cukup jauh sampai benar-benar tiba di lokasi Outbound, Eagle Hills. Jalan kaki sebenarnya hal yang biasa, namun di jalanan puncak, ini menjadi hal yang luar biasa. Untungnya tas peserta yang luar biasa beratnya itu, bisa dititipkan di mobil panitia dan dibawa sampai ke atas. Paling tidak beban berjalan kaki sedikit berkurang. Kurang lebih 1 jam, kami berjalan dari bawah hingga ke atas, lokasi Eagle Hills. Beberapa teman ada kelelahan, namun ada juga yang antusias dan semangat sampai ke atas, tidak hanya laki-laki, namun juga beberapa perempuan perkasa. Saya bersama 3 teman lain, menjadi yang pertama tiba di Eagle Hills. Yeah…!!

1

Perjalananan mendaki gunung menuju Eagle Hills

Tiba di Eagle Hills, kami diberi waktu sekitar 30-60 menit untuk sekedar ke kamar mandi, jalan-jalan santai, dan istirahat sejenak sambil menikmati snack yang disediakan panitia. Kami berkumpul untuk briefing di satu lapangan, yang sekaligus akan menjadi tempat makan kami selama di sini. Ada sedikit perubahan jadwal di sini, yang seharusnya kita mengikuti Misa terlebih dahulu baru makan siang, namun menjadi sebaliknya. Menurut informasi yang disampaikan oleh Rm. Julius, beliau kelupaan untuk membawa jubah Pastor, sehingga mengharuskan panitia mencari jubah Pastor di paroki terdekat dan cukup memakan waktu. Salut untuk tim panitia yang sigap menghadapi hal-hal tidak diduga seperti ini.

Ice breaking sebelum makan siang dan misa

Ice breaking sebelum makan siang dan misa

Sebelum Misa Jumat siang dimulai, Romo Julius melakukan sedikit sesi perkenalan yang cukup komunikatif dengan kami. Romo menekankan kepada kita perihal kekuatan meminta, yaitu tulis, visualisasikan, yakin dan percaya. Mungkin jika dikaitkan dengan Alkitab, ada ayat emas nya, Matius 7:7  “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” Dengan sesi perkenalan ini, kami sedikit disegarkan kembali, karena Romo sadar jam-jam siang bolong seperti ini adalah saat-saat mengantuk. Lalu kami pun mengikuti misa pembukaan untuk acara Outbound ini.

Sesi perkenalan dengan Romo Julius

Sesi perkenalan dengan Romo Julius

Selanjutnya, kami berkumpul di halaman luar, menikmati indahnya pemandangan di kawasan puncak, *eits*, maksudnya diadakan pembagian kelompok untuk kegiatan kami selanjutnya. Sistem pembagian kelompok juga cukup unik, karena kami tidak asal dibagi, melainkan dibagi berdasarkan 4 sifat dasar manusia (Plegmatis, Melankolis, Sanguinis, Koleris) yang dibagi oleh panitia ke dalam 6 kombinasi, masing-masing punya kelebihan dan kekurangan (*saya lupa persisnya). Saya bergabung ke kelompok 6, melankolis – plegmatis, dengan kelebihan suka hal yang detail, dan kekurangan tidak suka didesak. (*itu yg paling saya ingat). Kelompok 6 terdiri dari Citra, Enlik, Felicia R, Leo, dan Sylvana. Lalu, panitia memperkenalkan sistem poin, diamond-gold-silver, poin yang akan sangat berguna untuk hari terakhir nanti. Masing-masing kelompok segera menentukan nama kelompok dan yel-yel nya. Kelompok 1 Angsa, 2 Bebek, 3 Cherry, 4 Domba, 5 Eel (belut), 6 Flamingo (burung). Tiap kelompok diberi modal 10 gold.

4

Sesi pembagian kelompok

Pembagian poin pertama ditentukan lewat yel kelompok terbaik, dan kelompok 3 Cherry menjadi pemenangnya. Yel dari Christy, Yunita, Christine, Ayu, dan Viktor sungguh menekankan kelebihan kelompok 3 yang sangat Carrefour, *eh Cheerful (cc: Viktor) maksudnya. Lalu games kedua, membangun tenda, di sini kami perlahan mulai mengerti tentang arti kerja sama dalam satu tim. Di kelompok 6, kami beruntung mempunyai Felicia yang cukup sigap dalam games seperti ini. Felicia memandu kami kelompok 6, untuk berbagi tugas, ada yg menyiapkan ‘kain’ tenda, menyusun tiang-tiang pancang, dan memasukkan tiang-tiang pancang tersebut sehingga tenda bisa berdiri (*CMIIW jika ada kesalahan istilahnya). Dan penentuan pemenang games kedua, Kelompok 2 Bebek menjadi juaranya dengan 5 gold, Kele, Gracia, Dainty, dan Siena. Puji Tuhan, kelompok 6 Flamingo bisa menjadi juara kedua, 3 gold pun kami dapatkan.

Membangun tenda

Membangun tenda

Pemenang game membangun tenda - Kelompok 2 Bebek

Pemenang game membangun tenda – Kelompok 2 Bebek

Selesai dari game membangun tenda, kami diberi waktu untuk istirahat dan mandi. Untuk memotivasi para peserta dalam kelompoknya, agar datang ke setiap sesi tepat waktu, panitia membuat sistem ‘reward and punishment’, jika semua anggota kelompok hadir di dalam aula tepat waktu, mendapat 1 gold, jika salah satu anggota kelompok datang terlambat, maka kelompok tersebut mendapat penalti 1 gold.

Setelah semua kelompok berkumpul di dalam aula, kami pun memulai games indoor. Games pertama, adu kecepatan, tiap-tiap anggota kelompok saling berdiri membelakangi dengan anggota kelompok lawannya, berusaha merebut ‘buntelan’ kertas yang diletakkan di tengah-tengah posisi berdua. Masing-masing kertas berisi teks nilai poin yang didapat, dan ada juga yang ‘zonk’ alias kosong. Kelompok 6 kalah 1-4 melawan kelompok 5 Eel yang terdiri dari Angga, Cavin, Esther, Felicia, Fenny. Games kedua, menyusun kata ayat emas Alkitab, namun masing-masing anggota kelompok diberi keterbatasan, di antaranya buta, tuli, bisu, tidak punya tangan, dan tidak punya kaki. Kami harus menyusuri perjalanan terlebih dahulu sebelum tiba di tempat menyusun ayat emas. Di sinilah strategi dan kerja sama kami sangat dibutuhkan, untuk saling melengkapi kekurangan kami dan menuju garis finish bersama-sama. Di akhir games kedua, ternyata tidak ada satu pun dari 6 kelompok yang menyusun ayat emas secara tepat, sepertinya dikarenakan cukup rumitnya susunan kata yang digunakan. Ayat emas tersebut adalah
Efesus 4:16  “Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, — yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota — menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih”.

Game pertama - Adu Kecepatan

Game pertama – Adu Kecepatan

Game kedua - Menyusun Ayat Emas (1)

Game kedua – Menyusun Ayat Emas (1)

Game kedua - Menyusun Ayat Emas (2)

Game kedua – Menyusun Ayat Emas (2)

Berlanjut ke games indoor yang ketiga, kereta buta, setiap anggota kelompok ditutup matanya membentuk satu barisan seperti kereta, dan menyisakan satu orang yang matanya terbuka di bagian paling belakang untuk mengarahkan ke jalan yang benar. Kami berdiskusi untuk mempersiapkan kode tepukan yang berfungsi mengarahkan ke kiri, ke kanan, maju, mundur, atau merunduk untuk mengambil target kertas yang berisikan nominal poin. Di games ini, kami harus saling percaya satu sama lain dalam kelompok untuk mengambil target kertas berdasarkan kode yang disampaikan secara ‘estafet’ dari bagian belakang ke bagian paling depan. Di akhir games, ternyata panitia sudah mempersiapkan kejutan untuk teman kami yang berulang tahun tanggal 5 dan 7 Juli yang lalu, Irvan dan Fenny, di mana mata mereka berdua ditutup sampai akhir, dan kami semua yang sudah dilepas penutup matanya, duduk rapi sambil mempersiapkan kertas karton besar yang bertuliskan, “Happy Birthday Irvan dan Fenny”. Sungguh sebuah momen yang membahagiakan bagi kami semua. Games Indoor pun berakhir di sini dan berlanjut ke sesi berikutnya.

Game ketiga - Kereta Buta

Game ketiga – Kereta Buta

Happy Birthday Irvan dan Fenny!

Happy Birthday Irvan dan Fenny!

Sesi kali ini merupakan sesi pengajaran dari ka Yurika Agustina, bertemakan “Fondasi” dengan judul “We are One Body”. Di awal sesi, ka Yurika menampilkan video pendek tentang Pope Francis yang berjuang menyelamatkan dunia, “To change everything, we need everyone”. Lalu video dari artis Youtube, The Piano Guys, yang menunjukkan bagaimana pentingnya koordinasi, kerja sama, dan saling percaya antara satu bagian dengan yang lainnya. Ka Yurika menjelaskan 3 kunci persatuan. Pertama, ‘be a gift’, lebih banyak memberi dan berbagi. Kedua, ‘be a positive person’, transformasi dari LB4 (Luka Batin Berat Banget Boo) menjadi pribadi yang positif, menyerap yg positif, membuang yg negatif. Dan yang ketiga, ‘live and let live’, seperti diajarkan dalam doa Bapa Kami, ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Tulisan karya ka Yurika bisa dibaca di tesoronascosto.blogspot.com.

Setelah makan malam selesai, berlanjut ke sesi kedua dari ka Yurika, bertemakan “Karunia dan Proses”, dengan judul “Embracing the Process”. Seperti sesi pertama, ka Yurika menampilkan video pembuka tentang World Youth Day 2016, “Pope Francis is calling you”. Sekilas info, WYD adalah sebuah event berskala internasional yang digagas oleh Paus Yohanes Paulus II di tahun 1985. WYD 2016 ini akan diadakan pada bulan Juni 2016 di Krakow, Polandia. So, jika teman-teman memang ada waktu dan kesempatan, datanglah ke event religius terbesar ini. Untuk skala yang lebih kecil, kita juga bisa datang ke Asian Youth Day, Indonesia Youth Day, dan KAJ Youth Day. Ka Yurika juga menegaskan makna dari WYD, “WYD is not holiday. WYD is Journey”. Perjalanan proses hidup mu, ada suka ada duka, ada kemarahan ada kebahagiaan. Cerita ka Yurika bagaimana ia sempat berpartisipasi dalam satu event WYD di Eropa, dan harus berjuang membiasakan dengan budaya, cara hidup masyarakat di sana. Ka Yurika juga berbagi pengalaman hidupnya dalam proses bagaimana ia yang dulunya introvert, malu tampil di depan, bisa berkembang dan berproses menjadi seorang public speaker seperti saat ini. Juga ditegaskan tentang karunia yang dimiliki setiap orang seperti yang diajarkan Santo Paulus, berkembang dalam ketaatan dan menjadi sempurna lewat pemberian diri dalam kerendahan hati.

Sesi dari ka Yurika

Sesi dari ka Yurika

Akhirnya selesai juga semua kegiatan di hari pertama ini. Sebagai penutup hari pertama, diadakan ibadat malam yang dipimpin oleh ka Marlin. Kami pun diwajibkan langsung istirahat di dalam tenda masing-masing, dikarenakan padatnya kegiatan di hari kedua yang jauh lebih menguras tenaga.

Kukuruyukk… Hari kedua pun tiba. Selesai sarapan pagi, Sabtu pagi, kami pun berangkat menuju Curug Barong, tempat kami akan mengadakan kegiatan ‘body rafting’. Kami dianjurkan menggunakan sendal gunung karena medan yang akan kami tempuh cukup menantang. Tiap kelompok dibagikan satu kantong plastik berisikan makanan ringan seperti roti dan snack, dan obat-obatan. Tracking pun dilakukan per kelompok didampingi beberapa kakak-kakak panitia. Kembali, di tracking ini kami disadarkan pentingnya tolong-menolong, berpegangan tangan dan saling menjaga satu sama lain dalam kelompok.

Setelah proses tracking yang sangat menantang dan menyenangkan, kami pun tiba di sungai menuju air terjun. Tantangan selanjutnya jauh lebih ekstrim khususnya bagi mereka yang takut ketinggian. Kami ditantang untuk melompat dari sebuah batu yang cukup tinggi, untuk meluncur ke sungai yang kedalamanya kurang lebih 3 meter. Meski panitia dan tim pengamanan dari Curug Barong sudah siap memastikan keselamatan kita, tetap saja masih ada perasaan takut termasuk saya sendiri. Dengan penuh keberanian, doa, dan rasa percaya untuk lepas dari belenggu ketakutan dan trauma kita, saya dan teman-teman berhasil melewati tantangan ini. Penghargaan khusus bagi beberapa teman kita yang sempat takut, menunggu beberapa menit sampai akhirnya memberanikan diri mengalahkan rasa takutnya akan ketinggian. Dan selanjutnya, kami pun meneruskan ‘body rafting’ sampai ke air terjun, yang lokasinya tidak terlalu jauh dari tantangan melompat sebelumnya. Kami berfoto bersama di air terjun, beberapa ada yang kedinginan, hampir celaka, namun puji Tuhan kami semua kembali ke Eagle Hills dengan selamat.

Antrian melompat di atas batu

Antrian melompat di atas batu

Lompatan terbaik dari ka Deddy

Lompatan terbaik dari ka Deddy

Rasa bahagia setelah melompat

Rasa bahagia setelah melompat

Berkumpul di air terjun

Berkumpul di air terjun

Lewat tengah hari, setelah makan siang, kami kembali ke acara inti dari Outbound ini, pencarian poin untuk kelompok. Ada 6 games outbound yang sudah disiapkan panitia. Di tiap-tiap games, masing-masing kelompok akan saling berhadapan dan bertaruh poin yang dimiliki. Tiga game pertama adalah game “Low Rope”, dan tiga game selanjutnya adalah “High Rope. Urutan games berbeda tiap kelompoknya, untuk tulisan ini saya menggunakan urutan games dari kelompok saya, kelompok 6 Flamingo. Game yang pertama adalah “Mouse Trap”, satu orang dalam setiap kelompo harus melewati hadangan sampai ke garis finish, jika tersenggol hadangan tersebut, maka satu orang yang duduk di garis finish akan tersiram air dalam ember yang tepat berada di atas kepalanya. Pengorbanan dan strategi menjadi nilai utama dalam game ini. Di games ini kelompok 6 Flamingo, menang atas kelompok 3 Cherry. Kami pun optimis bisa memenangkan game-game selanjutnya. Game kedua, “Menyusun Lego”, tiap-tiap anggota kelompok dibagi dalam 3 peran, 1 orang peran Konseptor (melihat design lego yang sudah disiapkan), 1 orang peran Mediator (menyampaikan pesan dari Konseptor), dan sisanya Eksekutor (menyusun lego sesuai yang diinginkan Konseptor). Komunikasi yang baik menjadi nilai yang sangat penting dalam game ini. Di game ini kami kalah tipis dari kelompok 1 Angsa, dan merasakan kehilangan poin untuk pertama kalinya. Game yang ketiga, “Tongkat Musa”, tiap-tiap anggota kelompok diberikan sebuah pipa paralon dan membentuk posisi seperti lingkaran, lalu kami harus berpindah ke kiri atau kanan sesuai instruksi panitia, dengan melepaskan pipa yang saat ini dipegang dan segera memegang pipa di arah tujuan. Tantangannya adalah kami tidak boleh membiarkan satu pipa pun jatuh sampai 1 kali putaran. Nilai dari game ini adalah pentingnya “follow the leader”, harus mengikuti satu perintah, dan kekompakan untuk bergerak pada timing yang tepat sesuai perintah. Kelompok 6 kalah telak dari kelompok 2 Bebek, karena adanya miskomunikasi dan tidak adanya satu perintah untuk semua. Kami kehilangan cukup banyak poin dalam game ini, mengakibatkan kami dalam kondisi hampit bangkrut dalam perolehan poin kami. Selesai dari game ketiga, kami juga belajar tentang proses hidup manusia bahwa ada saatnya kita berada di atas, namun ada saatnya kita akan berada di bawah, sepertinya halnya jarum jam.

Makan Siang - Satu Wadah

Makan Siang Satu Wadah – Kelompok 4 Domba

Game

Game “Mouse Trap”

Game

Game “Menyusun Lego”

Game

Game “Tongkat Musa”

Break sejenak sebelum memulai game selanjutnya. Tiga games selanjutnya akan lebih menantang karena kembali berhubungan dengan ketinggian dan makna outbound yang sebenarnya. Namun sistem bertaruh poin antar kelompok dihapuskan, dan diganti dengan sistem bayar dan dapatkan hadiah seperti bermain di ‘Timezone’ sehingga antara kelompok yang berhadapan bisa saling bekerja sama. Games keempat, “Pampeers Pull”, satu orang harus memanjat tangga yang cukup tinggi, yang ditahan oleh anggota kelompok lainnya. Keberanian dan keseimbangan menjadi nilai penting dalam game ini. Bola yang terlihat sudah sangat dekat ketika sudah berada di atas tangga, ternyata masih sulit ditangkap. Seperti ada pepatah, apa yang terlihat dekat terkadang terasa jauh, dan yang terlihat jauh malah terasa dekat. *halah :”)
Kelompok 6 mendapatkan poin yang cukup karena setiap anggota berani mencoba walau tidak berhasil menyentuh bola. Sementara kelompok 1 Angsa yang menjadi partner dalam game keempat ini, memperoleh poin yang cukup banyak karena 3 orang berhasil menyentuh bola.  Games kelima, “Dancing with the drum”, tiap anggota kelompok harus berjalan di atas tali sambil memegang gentong dalam ketinggian sampai finish. Keseimbangan dan fokus menjadi nilai utama dalam game ini. Saya harus fokus membawa gentong sambil mendengarkan dukungan dari teman-teman yang melihat dari bawa. Menurut saya, karena di game sebelumnya terasa lebih sulit, di game keempat ini, saya lebih rileks dan percaya diri. Alhasil 3 dari 5 orang di kelompok 6 berhasil sampai finish, dan kami memperoleh cukup banyak poin dari sini. Optimisme pun kembali terbangun di kelompok 6. Partner kami yang turut mendukung dalam game ini, kelompok 5 Eel juga cukup memperoleh cukup banyak poin. Dan akhirnya, game terakhir dari Outbound hari ini, “Elvis Walk”, tiap anggota kelompok harus berjalan menyusuri tali sampai garis finish. Mirip dengan game keempat dan kelima, keseimbangan dan fokus menjadi nilai dalam game ini. Dukungan dari teman satu kelompok maupun kelompok partner juga menjadi nilai tambahan yang memacu motivasi tiap-tiap anggota untuk menghadapi tantangan ini. Pujian Tuhan di game keenam ini, semua yang mencoba berhasil sampai finish baik dari kelompok 6 maupun kelompok 4 Domba yang menjadi partner kami. Dan selesailah semua games outbound pada hari ini, kami lelah sekaligus bahagia karena melewati semuanya dengan penuh sukacita, tidak ada dendam antara kelompok yang saling berhadapan.

Game

Game “Pampeers Pull”

Game

Game “Dancing with the drum”

Game

Game “Elvis Walk”

Menjelang malam kira-kira pukul 6 sore, Stephen selaku panitia menginformasikan bahwa masih ada satu tantangan terakhir yang harus kami hadapi, kali ini secara bersama-sama, tidak ada lagi kelompok satu sampai enam. Sebelum itu, kami menyempatkan diri berdoa “Malaikat Tuhan” di jam 6 sore, dan bersyukur atas segala kegiatan hari ini, serta turut mendoakan salah satu teman kita yang mengalami sakit di tengah-tengah permainan outbound hari ini. Dan mirip seperti acara televisi, “Benteng Takeshi”, kami harus menghadapi Big Boss dari seluruh rangkaian games outbound hari ini dan siap dihajar oleh seluruh pasukan panitia dengan plastik berisikan air. Goal dari tantangan terakhir ini adalah kami semua bersama-sama harus memindahkan lilin yang menyala dan memastikan lilin tetap menyala sampai ke garis finish. Tentu bukan hal yang mudah, mengingat pasukan panitia sudah sangat berhasrat memadamkan lilin kami ini dengan lemparan plastik berisikan air. Kami berunding menyusun strategi dan formasi, Kele menjadi ujung tombak kami, ia yang dipercayakan memegang lilin karena postur tubuhnya yang pas untuk kami tutupi dan lindungi bersama dari serangan plastik air. Kami membentuk satu lingkaran besar dengan Kele berada di dalam mengamankan lilin yang menyala tersebut, dan berjalan dalam satu komando menuju garis finish. Sempat gagal satu kali, dan kami harus mengulang dari garis Start. Namun dengan segala jerih payah dan semangat kami, pengorbanan kaki yang terinjak beberapa kali oleh teman dalam formasi, juga pengorbanan seluruh badan dan kepala yang siap dilempari plastik air, kami pun akhirnya mencapai garis finish. Rasa puas dan bahagia terpancar di setiap wajah kami, karena lewat tantangan terakhir ini, kebersamaan menjadi kunci keberhasilan kami. Panitia pun juga luar biasa, karena setelah tantangan terakhir mereka tidak lupa akan tanggung jawab kebersihan, panitia membersihkan lapangan dari plastik-plastik sampah yang bertebaran. Sebuah nilai yang sangat berarti khususnya bagi bangsa kita yang terkenal dengan budaya “buang sampah sembarangan”. Terima kasih panitia, terima kasih teman-teman SEP Mudika 13 atas kebersamaanya yang luar biasa.

Selesai dari Big Boss, kami pun mandi dan membersihkan diri, kemudian makan malam untuk kembali mengisi energi kami. Sesi pengajaran malam dari ka Berna juga cukup menyegarkan kami setelah aktivitas yang luar biasa melelahkan pada hari ini. Kami diajak untuk berefleksi atas segala kejadian di hari ini dan bersyukur karena semua kejadian hari ini merupakan berkat yang luar biasa dari Tuhan. Tidak lama kemudian, kami berkumpul menuju “Api Unggun”, pergi berdua-dua sambil memegang kertas dan lilin, dan berhenti di tiga perhentian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan refleksi seputar pribadi dan nilai-nilai yang bisa diberikan untuk kepanitiaan SEP Mudika selanjutnya. Sesampainya di Api Unggun, kami menyalakan lampion unik dan indah, untuk diterbangkan ke langit. Yang saya tangkap dari penerbangan lampion ini adalah simbolisasi bagaimana komitmen kami untuk kepanitiaan SEP Mudika selanjutnya, dimana kami harus siap melayani bukan dilayani lagi. Satu kejadian unik juga, di mana tiga dari sekian banyak lampion yang diterbangkan ternyata tersangkut di pohon. Ka Berna mengingatkan kami akan tiga teman kami yang sudah mendaftar untuk Outbound kali ini, namun ternyata berhalangan hadir, tiga orang pengurus kelas yang sangat penting bagi kami, Thomas, Ria, dan Stu. Kemudian, sepatah dua kata dari ketua panitia SEP Mudika 12, bro Alex, tentang perjuangannya selama memimpin kepanitiaan SEP Mudika 12, suka dan duka, sampai akhirnya berhasil membimbing kami SEP Mudika 13 sampai akhir. Lalu sepatah dua kata dari Stephen, selaku ketua panitia SEP Mudika 13 terpilih, yang meminta dukungan dari kami semua sebagai anggotanya untuk bekerja sama sepanjang satu tahun ke depan ini. Penyerahan tongkat estafet SEP Mudika dari ka Alex ke Stephen menjadi penutup acara Api Unggun di tengah malam ini.

Lampion Indah

Lampion Indah

Simbolisasi penyerahan tongkat estafet SEPM12 ke SEPM13

Simbolisasi penyerahan tongkat estafet SEPM12 ke SEPM13

Berkumpul bersama di Api Unggun

Berkumpul bersama di Api Unggun

Minggu pagi pun tiba, dan kami bersiap untuk misa penutup yang dipimpin kembali oleh Romo Yulius. Ada satu pesan penting yang disampaikan Romo Yulius di penutup Misa, bahwa pada saat “salam damai”, sebaiknya kita tetap dalam suasana tenang dan tidak berlebihan, karena dalam perayaan ekaristi, fokus kita adalah tubuh dan darah Kristus itu sendiri yang hadir bersama kita dalam misa kudus ini. Suatu pelajaran yang berharga yang terkadang kita lupa. Sebelum pulang Romo Yulius juga mengucapkan terima kasih kepada kami semua khususnya kepada panitia yang luar biasa dalam mempersiapkan acara Outbound ini.

Misa Penutupan oleh Romo Julius

Misa Penutupan oleh Romo Julius

Foto bersama Romo Julius

Foto bersama Romo Julius

Kegiatan selanjutnya adalah “Cooking Time”, saatnya masak-memasak. Di “Cooking Time” inilah, poin yang kami kumpulkan selama dua hari ini sangat dibutuhkan. Kami mengutus satu orang dari setiap kelompok untuk membeli bahan makanan yang disediakan panitia, dengan harga yang beragam, dan harus disesuaikan dengan budget tiap kelompok. Prinsip ekonomi pun berlaku di sini. Kami juga kedatangan juri spesial, Chef Arnold, *eh ka Reiner Rahardja maksudnya, seorang pengusaha muda yang sukses di bidangnya serta aktif di pelayanan. Tiap-tiap kelompok pun bergegas mempersiakan masakan mereka, ada yang kebagian tugas mencuci, memotong, mengupas, menggoreng, merebus, dan yang lainnya. Para Juri satu per satu mendatangi kita saat masih dalam proses memasak, penilaian pun sudah dimulai dari sini, bagaimana kebersihan, kekompakan, dan hal sepele yang sering kami lupakan, nama masakan yang ingin kami buat. Di kelompok 6 ada dua pria termasuk saya yang memang kurang ahli dalam urusan masak-memasak. Di sinilah peran 3 wanita dalam kelompok kami begitu berarti. Dan tibalah saat penyajian dan penjurian akhir, enam kelompok berhasil menyajikan dan mempresentasikan masing-masing tiga masakan dengan baik. Pemenang akan diumumkan pada sesi pembagian hadiah sebelum pulang nanti. Kami pun dipersilahkan menyantap masakan yang sudah kami buat, dan juga masakan dari kelompok lain serta buatan panitia. Melalui kegiatan “Cooking Time” ini, sungguh terasa “atmosfer” perjuangan para peserta Master Chef, yang biasa kita lihat di televisi.

Proses memasak

Proses memasak

Mari cuci biar bersih

Mari cuci biar bersih

Presentasi masakan

Presentasi masakan

Panitia pun ikut memasak

Panitia pun ikut memasak

Juri Spesial - ko Reiner

Juri Spesial – ko Reiner

Setelah sesi “Cooking Time”, kami dibawa menuju sesi menarik dari ko Reiner Rahardja tentang “Kedewasaan dalam Kristus”. Ko Reiner menegaskan bahwa kesuksesan adalah sebuah impian yang tercapai, entah itu lulus sekolah, lulus kuliah, memperoleh pekerjaan, mendapatkan jodoh, pergi ke luar negeri, dan sebagainya. “Kesuksesan tidak ada korelasinya dengan uang”, katanya. Lalu dua cara untuk gagal, banyak mikir tapi tidak ada ‘action’, atau banyak ‘action’ tapi tanpa pemikiran. Cukup mengena untuk mereka yang punya impian menjadi seorang pengusaha. Lalu berkenaan dengan tokoh dalam Alkitab, ko Reiner menunjukkan bahwa Yusuf adalah satu-satunya tokoh Alkitab yang tak pernah gagal karena Allah selalu menyertai hidupnya. Salah satu ayat emas yang disampai ko Reiner sehubungan dengan materi sesinya kali ini adalah,
Pengkhotbah 4:9-10
“Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.
Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!”

Break sebentar kira-kira 15 menit, lanjut ke bagian kedua dari sesi Ko Reiner, kali ini berjudul “Kuasa dalam Pelayanan”. Ko Reiner menegaskan pentingnya skala prioritas dalam setiap pribadi. Baginya, skala prioritas terbagi menjadi empat, yang pertama keluarga, disusul pelayanan, pergaulan, dan pekerjaan. Namun semua itu bisa berubah posisi seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan proses iman kita. Ia juga menceritakan bagaimana duka dalam pelayanan ketika dibicarakan dari belakang, terlebih oleh mereka yang justru sama-sama mengerti tentang arti pelayanan. Pesannya kepada kami yang akan bersiap melayani, untuk bersiap menghadapi ‘gesekan’, menjaga keteguhan hati dalam setiap pelayanan. Seperti halnya batu permata yang selalu digesek untuk menjadi lebih berharga. Kemudian ko Reiner juga menyampaikan tentang perumpamaan banyak anggota tetapi satu tubuh, bagaimana kita dengan peran yang berbeda-beda dalam satu pelayanan, harus saling melengkapi satu sama lain tanpa memandang rendah maupun iri hati kepada yang lain. Tidak ada satupun anggota yang dikucilkan, karena semua punya perannya masing-masing. Lalu ada lima hal yang harus siap dikorbankan dalam pelayanan, yakni waktu, uang, tenaga, bakat, dan privasi. “Orang sukses adalah orang yang fokus pada apa yang ada dan bisa dilakukan”, katanya. Lewat ayat emas, Matius 5:41 “Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil”, ko Reiner berpesan supaya kita menjadi pribadi yang selalu melakukan lebih dalam segala tugas dan tanggung jawab kita, pribadi yang ‘excellent’ (unggul). Terima kasih ko Reiner untuk sesi yang luar biasa ini, membangkitkan semangat dan motivasi kami sebagai kaum muda untuk hidup lebih baik.

Sesi dari ko Reiner

Sesi dari ko Reiner

Kami pun tiba di penghujung acara Outbound ini. Panitia menginformasikan beberapa bagian penting dalam kepanitiaan yang segera harus kami persiapkan seperti tim doa, pencarian dana, dan publikasi. Lalu saat yang ditunggu-tunggu datang juga, pengumuman pemenang. Pemenang lomba memasak jatuh pada kelompok… Cherry!! Lalu juara keseluruhan, juara ketiga diraih oleh kelompok 5 Eel, juara kedua diraih oleh kelompok 2 Bebek, dan juara pertama diraih oleh kelompok paling ‘Carrefour’ (baca: cheerful), Cherry!! Selamat untuk para kelompok pemenang. Kalah menang itu biasa, kebersamaan tetap menjadi yang utama.

Sharing dari ka Alex dan ka Berna mengenai kepanitiaan SEP Mudika

Sharing dari ka Alex dan ka Berna mengenai kepanitiaan SEP Mudika

Juara 1 - Kelompok 3 Cherry

Juara 1 – Kelompok 3 Cherry

Juara 2 - Kelompok 2 Bebek

Juara 2 – Kelompok 2 Bebek

Juara 3 - Kelompok 5 Eel

Juara 3 – Kelompok 5 Eel

Selesai pengumuman, kami pun berfoto bersama antara peserta dan panitia. Lalu bersiap pulang kembali ke Shekinah, Jakarta. Terima kasih teman-teman SEP Mudika 13. Terima kasih untuk para panitia dari SEP Mudika 12 dan para kakak KELASI. Terima kasih untuk para pembicara, ka Yurika, ka Berna, dan ko Reiner. Terima kasih untuk Romo Yulius yang sudah bersedia memimpin misa untuk kami. Terima kasih untuk pengelola Eagle Hills dan Curug Barong sehingga kami semua merasa aman di sini. Terima kasih untuk mereka yang mungkin belum sempat disebutkan. Dan tentunya, terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberkati kami kaum muda dari SEP Mudika Shekinah selama kegiatan Outbound ini berlangsung.

Foto bersama sebelum pulang

Keluarga besar SEP Mudika Shekinah

Quote terakhir saya ambil dari salah satu baju angkatan kami SEP Mudika 13,
“Whatever you do, do it for glory of your God!”

Salam kaum muda!
Salam OMK!

Berkah dalem.
Tuhan beserta kita.

9 thoughts on “Sedikit Cerita dari Outbound SEP Mudika 13

  1. asientha says:

    Kok u tau gw sakit?? Dan u jawab “gw kan sahabat u sien” sumpah tu kata2 bkin gw nangis bombay ampe skrg lik,, Bnyk bersyukur bgt ma Tuhan karna sdh mempertemukan kita,,thx lik tulisan u kece badai semoga apa yg mnjadi impian u bsa terwujud di dlm Tuhan,,jgn pernah mundur untuk berkarya

    Like

  2. yohanna yang says:

    Udah baacaaa. Keren sekali… tdnya dr g pribadi sempet ngerasa lewatin sesi pertama ampe akhir, krn fokus dgn berjalannya rundown acara… tp dibahas di blog ini inti per sesi, rasanya bisa menggantikan perasaan itu… Puji Tuhan tmn2, lwt tulisan Enlik ini bs mengingatkan momen2 seru di outbond kali ni dan betapa berharganya pengajaran yg didapatkan. Proficiat buat sepm 13. Jempol buat kalian! Selamat melayani!😆👍

    Like

  3. yohanna yang says:

    Udah baacaaa. Keren sekali… tdnya dr g pribadi sempet ngerasa lewatin sesi pertama ampe akhir, krn fokus dgn berjalannya rundown acara… tp dibahas di blog ini inti per sesi, rasanya bisa menggantikan perasaan itu… Puji Tuhan tmn2, lwt tulisan Enlik ini bs mengingatkan momen2 seru di outbond kali ni dan betapa berhargnya pengajaran yang didapatkan. Proficiat buat sepm 13. Jempol buat kalian! 😆👍

    Like

Leave a comment